Monday, May 8, 2017

Skripsi PTK Metode Eksperimen. doc

                                                     BAB II

KAJIAN PUSTAKA

  

  A.  Landasan Teori

  1. Keaktifan  belajar Siswa

Keaktifan mempunyai kata dasar aktif yang mempunyai awalan ke- dan akhiran –an, yang mempunyai arti giat berusaha, lebih banyak pemasukan dari pada pengeluaran, dinamis, mampu bereaksi dan beraksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 2004 : 597).

Menurut Sardiman ( 2012: 100), Keaktifan adalah kegiatan bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat, berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk mencapai keberhasilan belajar perlu melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekeja sebanyak-banyaknya atau berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Menurut teori kognitif, anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 45). 

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa keaktifan belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu atau respon dari adanya stimulus dalam interaksi pada pembelajaran maupun lingkungan sekitarnya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Guru dalam proses pembelajaran haruslah mengikutsertakan para siswanya secara aktif. Jangan sampai proses pembelajaran justru didominasi oleh guru saja. Menurut Suryosubroto ( 2002 : 71), Siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran bila terdapat cirri-ciri sebagai berikut:

a.    Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.

b.     Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa.

c.    Mencoba sendiri konsep-konsep

d.   Siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis dan serta dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs faktor - faktor tersebut diantaranya :

a.    Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b.     Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

c.     Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d.   Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari).

e.    Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f.       Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

g.    Memberi umpan balik (feed back)

h.     Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampua siswa selalu terpantau dan terukur.

2.    Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menilai pencapaian proses belajar peserta didik (Zainal Arifin, 2012:10).

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2004: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Hasil belajar sangat dibutuhkan untuk mengetahui taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan belajar mengajar.

Hasil belajar merupakan proses belajar yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotorik (Daryanto, 2012: 27). Hal ini juga dikemukakan oleh Rusmono (2012: 10) bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya adalah perubahan perubahan yang diharapkan dari tingkah lakunya. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan.

Hasil belajar dinyatakan dalam klasifikasi yang dikembangkan dalam taksonomi Bloom. Benyamin S. Bloom, dkk (Suharsimi Arikunto, 2006:114-119), ranah tujuan pendidikan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a.    Ranah Kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:

1)   Pengetahuan atau ingatan, terdiri dari pengetahuan faktual dan hafalan seperti definisi, istilah, batasan dan lainnya yang perlu dihafal dan diingat.

2)   Pemahaman, lebih tinggi dari ingatan, misalnya menjelaskan dengan kalimat sendiri, memberi contoh atau menggunakan petunjuk.

3)   Penerapan, menerapkan ide, teori atau petunjuk teknis ke dalam situasi baru.

4)   Analisis, usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagianbagian sehingga jelas hirarki atau susunannya.

5)   Sintesis, penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.

6)   Evaluasi, pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode dan materi.

b.    Ranah Afektif. Berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yaitu:

1)   Penerimaan, kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar berupa masalah, situasi dan gejala.

2)   Respon, reaksi yang diberikan oleh seseorang stimulasi dari luar. Hal ini mencakup ketepatan rekasi, perasaan, kepuasan dalam menjawab.

3)   Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman.

4)   Organisasi, pengembangan dari nilai ke daam satu sistem organisasi termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain.

5)   Internalisasi nilai, keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya

termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

c.    Ranah Psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek yakni gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual membedakan visual-auditif-motoris, kemampuan di bidang fisik, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Sehubungan dengan pendapat tersebu diatas, Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Menurut Muhibbin Syah ( 2010 : 132 ) ada beberapa Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :

a.    Faktor  internal  

merupakan  faktor  yang  berasal  dari diri individu yang belajar, meliputi: aspek fisiologi   dan aspek psikologi. Aspek fisiologi individu yang belajar seperti kondisi umum jasmani yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas subyek belajar. Aspek  psikologis  yang  mempengaruhi  hasil  belajar  adalah kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi.

b.    Faktor eksternal

Faktor  eksternal  merupakan  faktor  yang  berasal  dari  luar individu yang belajar, meliputi: aspek lingkungan sosial dan aspek lingkungan non sosial. Aspek  lingkungan  sosial  antara  lain:  lingkungan  belajar subyek belajar, seperti: guru, asisten, administrasi, teman sekelas, keluarga subyek belajar, tetangga dan masyarakat. Aspek lingkungan non sosial antara lain: sarana dan prasarana belajar, kurikulum, administrasi, keadaan cuaca,  dan waktu belajar yang digunakan oleh subyek belajar.

c.    Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan subyek belajar dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak hanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi hasil belajar melainkan faktor pendekatan belajar juga sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik termasuk metode pembelajaran apa yang dilakukan pendidik..

3.    Metode Eksperimen

a.    Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen terdiri dari dua kata yang masing-masing memiliki makna yang berbeda atau tersendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:740) mendefenisikan metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Kemudian eksperimen adalah percobaan yang dilakukan secara sistematis dan terencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori. Djamarah (2002:95) mendefenisikan metode eksperimen adalah “cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari”. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari sesuatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

b.    Kelebihan Metode Eksperimen

menurut Roestiyah (2012:82), teknik eksperimen kerapkali digunakan karena memiliki keunggulan sebagai berikut:

1)   Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya.

2)   Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

3)   Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.

4)   Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran siuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang takhayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

c.    Kekurangan Metode Eksperimen

menurut Sagala (2012:221), metode eksperimen ini mengandung kekurangan sebagai berikut:

1)   Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasillitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah;

2)   Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; dan

3)   Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas pralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dulu mengenal dan menggunakn alat bahan tertentu dari pada guru.

d.   Langkah-langkah Melakukan Eksperimen

Menurut Djamarah & Zain (2006:84), langkah-langkah pembelajaran menggukan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

1)   Persiapan

a)    Mempersiapkan kondisi belajar siswa

b)   Memberikan informasi/penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi

c)    Mempersiapkan sarana/prasarana untuk melakukan diskusi (tempat, peserta dan waktu)

2)   Pelaksanaan

a)    Siswa melakukan diskusi.

b)   Guru merangsang seluruh peserta didik berpartisipasi dalam diskusi.

c)    Memberikan kesempaatan kepada semua anggota untuk aktif.

d)   Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang penting.

3)   Evaluasi/tindak lanjut

a)    Membuat kesimpulan diskusi

b)   Mencatat hasil diskusi

c)    menilai hasil diskusi

B.  Kerangka Berfikir

Dalam penelitian tindakan kelas ini kerangka berfikir yang digunakan adalah sebagai berikut :

1.    Kondisi Awal

Di dalam keadaan awal ini keaktifan dan hasil beljar siswa masih sangat rendah, karena guru belum menggunakan metode yang tepat.

2.    Tindakan Siklus I

Pada tindakan siklus I ini guru selaku peneliti mencoba mnggunakan metode eksperimen, dan yang belum tuntas akan di perbaiki pada siklus II.

3.    Tindakan Siklus II

Pada tindakan siklus II ini guru selaku peneliti kembali menggunakan metode Ekperimen, dan diharapkan siswa akan lebih banyak yang tutas belajar.

4.    Kondisi Akhir

Dengan menggunakan metode eksperimen diharapkan keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat.

Semua gambaran kerangka berfikir tesebut jika dibuat gambar akan nampak seperti gambar dibawah ini :

Gambar  1. Diagram Kerangka berfikir

B.  Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, konsultasi dengan supervisor, juga dari berbagai rujukan dan kajian buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran yang peneliti laksanakan adalah sebagai berikut : ”Apabila digunakan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada  siswa kelas V SD 01 Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang. Maka Keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat.

C.  Standar dan Kriteria Keberhasilan Siswa

Kriteria keberhasilan siswa dalam penelitian ini adalah ketentuan-ketentuan yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPA khusunya pada materi “Pesawat Sederhana” dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah; Strategi pembelajaran yang tepat, penguasaan materi, metode yang tepat, alat peraga, keaktifan siswa, minat belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat diukur dari hasil kerja siswa dan hasil tes formatif.

Sedangkan Standar yang digunakan untuk mengukur peningkatan keberhasilan siswa dalam penelitian adalah ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Siswa dianggap tuntas dalam pembelajaran apabila tingkat penguasaan materi telah mencapai  minimal 75% atau tuntas diatas KKM.

Adapun kriteria keberhasilan dalam upaya perbaikan pembelajaran di anggap berhasil jika keaktifan siswa dalam pembelajaran mencapai 80 %, dan hasil belajar siswa dikatakan berhasil dalam perbaikan jika mencapai 80 % dari jumlah siswa mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 66.



DAFTAR PUSTAKA

-  Akhyak. (2005). Profil Pendidik Sukses. Surabaya : ELKAF.

-  Alwi Hasan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.

-  Arifin Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

-  Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

-  Djamarah. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

-  Majid  Abdul,( 2009 ). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja.

-  Moleong Lexi J. (2006). Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

-  Muhibbin   Syah. (2010).  Psikolog Pendidikan   dengan   Pendekatan   Baru. Bandung: Rosdakarya.

-  Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip dan Tehnik Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

-  Roestiyah, N.K. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rosda Karya.

-  Rusmono. (2012).  Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

-  Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

-  Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT  Raja  Grafindo Persada.

-  Sardiman. (2012).  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

-  SISDIKNAS. (2010). Undang-undang. Bandung : fokusmedia.

-  Sudjana Nana. (2004).  Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:  PT. Remaja Rosdakarya.

-  Suharsimi Arikunto. (1999). Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

-  Suharsimi Arikunto, Dkk. (2006).  Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

-  Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta.

-  Tim Prima Pena, (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gita Media Press.



Jika butuh file komplit dari bab 1- V kalian bisa Donwload disini gratis

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Kepercayaan orang Jawa sebelum Islam