KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keaktifan belajar Siswa
Keaktifan mempunyai kata dasar aktif
yang mempunyai awalan ke- dan akhiran –an, yang mempunyai arti giat berusaha,
lebih banyak pemasukan dari pada pengeluaran, dinamis, mampu bereaksi dan
beraksi (Kamus Besar
Bahasa Indonesia : 2004 : 597).
Menurut Sardiman ( 2012: 100),
Keaktifan adalah kegiatan bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat, berfikir
sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk mencapai
keberhasilan belajar perlu melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas
fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis
(kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekeja sebanyak-banyaknya atau berfungsi
dalam rangka pembelajaran.
Menurut teori kognitif, anak
memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu
untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah,
mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan
(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 45).
Dari penjelasan diatas dapat penulis
simpulkan bahwa keaktifan belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu atau respon dari
adanya stimulus dalam interaksi pada pembelajaran maupun lingkungan sekitarnya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Guru dalam proses pembelajaran
haruslah mengikutsertakan para siswanya secara aktif. Jangan sampai proses
pembelajaran justru didominasi oleh guru saja. Menurut Suryosubroto
( 2002 : 71), Siswa
dikatakan aktif dalam pembelajaran bila terdapat cirri-ciri sebagai berikut:
a.
Siswa berbuat sesuatu untuk memahami
materi pelajaran.
b.
Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan
oleh siswa.
c.
Mencoba sendiri konsep-konsep
d.
Siswa mengkomunikasikan hasil
pikirannya
Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dapat dirangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa
juga dapat berlatih untuk berfikir kritis dan serta dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne dan Briggs faktor - faktor tersebut diantaranya :
a.
Memberikan dorongan atau menarik
perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
b.
Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan
dasar kepada siswa).
c.
Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
d.
Memberikan stimulus (masalah,topik
dan konsep yang akan dipelajari).
e.
Memberi petunjuk kepada siswa cara
mempelajarinya.
f.
Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
g.
Memberi umpan balik (feed back)
h.
Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa
tes, sehingga kemampua siswa selalu terpantau dan terukur.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu proses
atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk menilai pencapaian proses belajar peserta didik
(Zainal Arifin, 2012:10).
Sedangkan menurut Nana Sudjana (2004:
22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran. Hasil belajar sangat dibutuhkan untuk
mengetahui taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan belajar mengajar.
Hasil belajar merupakan proses
belajar yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan
menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotorik (Daryanto, 2012: 27). Hal ini
juga dikemukakan oleh Rusmono (2012: 10) bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan
program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan
lingkungan belajar.
Hasil belajar yang dicapai siswa pada
hakikatnya adalah perubahan perubahan yang diharapkan dari tingkah lakunya.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan, maka
evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung
dalam tujuan.
Hasil belajar dinyatakan dalam
klasifikasi yang dikembangkan dalam taksonomi Bloom. Benyamin S. Bloom, dkk
(Suharsimi Arikunto, 2006:114-119), ranah tujuan pendidikan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a.
Ranah Kognitif.
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:
1)
Pengetahuan atau
ingatan, terdiri dari pengetahuan faktual dan hafalan seperti definisi,
istilah, batasan dan lainnya yang perlu dihafal dan diingat.
2)
Pemahaman, lebih
tinggi dari ingatan, misalnya menjelaskan dengan kalimat sendiri, memberi
contoh atau menggunakan petunjuk.
3)
Penerapan,
menerapkan ide, teori atau petunjuk teknis ke dalam situasi baru.
4)
Analisis, usaha
memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagianbagian sehingga jelas
hirarki atau susunannya.
5)
Sintesis, penyatuan
unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.
6)
Evaluasi, pemberian
keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan,
cara kerja, pemecahan, metode dan materi.
b.
Ranah Afektif.
Berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yaitu:
1)
Penerimaan,
kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar berupa masalah, situasi dan
gejala.
2)
Respon, reaksi yang
diberikan oleh seseorang stimulasi dari luar. Hal ini mencakup ketepatan
rekasi, perasaan, kepuasan dalam menjawab.
3)
Penilaian,
berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala termasuk kesediaan
menerima nilai, latar belakang atau pengalaman.
4)
Organisasi,
pengembangan dari nilai ke daam satu sistem organisasi termasuk hubungan satu
nilai dengan nilai yang lain.
5)
Internalisasi
nilai, keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya
termasuk keseluruhan nilai dan
karakteristiknya.
c.
Ranah Psikomotorik.
Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam
aspek yakni gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual
membedakan visual-auditif-motoris, kemampuan di bidang fisik, gerakan
ketrampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Sehubungan dengan pendapat tersebu
diatas, Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam
belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya.
Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya,
keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.
Menurut Muhibbin Syah
( 2010 : 132 ) ada beberapa Faktor yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu :
a. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal
dari
diri individu yang belajar, meliputi: aspek fisiologi dan aspek psikologi. Aspek fisiologi
individu yang belajar
seperti kondisi umum jasmani yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas subyek belajar. Aspek psikologis
yang
mempengaruhi
hasil
belajar
adalah
kecerdasan, sikap, bakat, minat,
dan motivasi.
b. Faktor
eksternal
Faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal
dari
luar
individu yang belajar, meliputi:
aspek lingkungan sosial dan aspek lingkungan non sosial. Aspek lingkungan
sosial
antara lain: lingkungan belajar subyek belajar, seperti:
guru, asisten, administrasi,
teman
sekelas, keluarga subyek belajar, tetangga dan masyarakat. Aspek
lingkungan non sosial antara lain:
sarana dan prasarana belajar, kurikulum,
administrasi, keadaan cuaca, dan
waktu belajar yang digunakan oleh
subyek belajar.
c. Faktor
pendekatan belajar
Pendekatan belajar
dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan subyek belajar dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas maka
dapat disimpulkan bahwa tidak hanya faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar melainkan faktor pendekatan belajar juga sangat
mempengaruhi hasil belajar peserta didik termasuk metode pembelajaran apa yang dilakukan pendidik..
3. Metode Eksperimen
a. Pengertian
Metode Eksperimen
Metode
eksperimen terdiri dari dua kata yang masing-masing memiliki makna yang berbeda
atau tersendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:740) mendefenisikan metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; Cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan. Kemudian eksperimen adalah percobaan yang dilakukan secara
sistematis dan terencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori. Djamarah (2002:95) mendefenisikan metode eksperimen adalah “cara penyajian
pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu
yang dipelajari”. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen,
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran,
atau mencoba mencari sesuatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari
proses yang dialaminya itu.
b.
Kelebihan Metode Eksperimen
menurut Roestiyah (2012:82), teknik eksperimen
kerapkali digunakan karena memiliki keunggulan sebagai berikut:
1)
Dengan eksperimen siswa terlatih
menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah
percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya.
2)
Mereka lebih aktif berpikir dan
berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang
modern, di mana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
3)
Siswa dalam melaksanakan proses
eksperimen di samping memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman
praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.
4)
Dengan eksperimen siswa membuktikan
sendiri kebenaran siuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang
takhayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.
c.
Kekurangan Metode Eksperimen
menurut Sagala (2012:221), metode eksperimen ini
mengandung kekurangan sebagai berikut:
1)
Pelaksanaan metode ini sering
memerlukan berbagai fasillitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah
diperoleh dan murah;
2)
Setiap eksperimen tidak selalu
memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; dan
3)
Sangat menuntut penguasaan
perkembangan materi, fasilitas pralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi
siswa lebih dulu mengenal dan menggunakn alat bahan tertentu dari pada guru.
d.
Langkah-langkah
Melakukan Eksperimen
Menurut Djamarah & Zain (2006:84), langkah-langkah
pembelajaran menggukan metode eksperimen adalah sebagai berikut:
1)
Persiapan
a)
Mempersiapkan kondisi belajar siswa
b)
Memberikan informasi/penjelasan
tentang masalah tugas dalam diskusi
c)
Mempersiapkan sarana/prasarana untuk
melakukan diskusi (tempat, peserta dan waktu)
2)
Pelaksanaan
a)
Siswa melakukan diskusi.
b)
Guru merangsang seluruh peserta
didik berpartisipasi dalam diskusi.
c)
Memberikan kesempaatan kepada semua
anggota untuk aktif.
d)
Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide
yang penting.
3)
Evaluasi/tindak lanjut
a)
Membuat kesimpulan diskusi
b)
Mencatat hasil diskusi
c)
menilai hasil diskusi
B. Kerangka Berfikir
Dalam penelitian tindakan kelas ini kerangka berfikir
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.
Kondisi Awal
Di dalam keadaan awal ini keaktifan dan hasil beljar
siswa masih sangat rendah, karena guru belum menggunakan metode yang tepat.
2.
Tindakan Siklus I
Pada tindakan siklus I ini guru selaku peneliti
mencoba mnggunakan metode eksperimen, dan yang belum tuntas akan di perbaiki
pada siklus II.
3.
Tindakan Siklus II
Pada tindakan siklus II ini guru selaku peneliti
kembali menggunakan metode Ekperimen, dan diharapkan siswa akan lebih banyak
yang tutas belajar.
4.
Kondisi Akhir
Dengan menggunakan metode eksperimen diharapkan
keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat.
Semua gambaran kerangka berfikir tesebut jika dibuat
gambar akan nampak seperti gambar dibawah ini :
Gambar 1. Diagram Kerangka
berfikir
B.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat,
konsultasi dengan supervisor, juga dari berbagai rujukan dan kajian buku-buku
yang ada hubungannya dengan masalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD,
maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran yang peneliti laksanakan adalah
sebagai berikut : ”Apabila digunakan strategi pembelajaran dengan menggunakan
metode eksperimen pada siswa kelas V SD
01 Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang. Maka Keaktifan dan hasil
belajar siswa meningkat.
C. Standar dan Kriteria Keberhasilan
Siswa
Kriteria keberhasilan siswa dalam penelitian ini
adalah ketentuan-ketentuan yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam
pembelajaran IPA khusunya pada materi “Pesawat Sederhana” dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa adalah; Strategi pembelajaran yang tepat,
penguasaan materi, metode yang tepat, alat peraga, keaktifan siswa, minat
belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat diukur dari hasil kerja siswa
dan hasil tes formatif.
Sedangkan Standar yang digunakan
untuk mengukur peningkatan keberhasilan siswa dalam penelitian adalah
ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Siswa dianggap
tuntas dalam pembelajaran apabila tingkat penguasaan materi telah mencapai minimal 75% atau tuntas diatas KKM.
Adapun kriteria keberhasilan dalam
upaya perbaikan pembelajaran di anggap berhasil jika keaktifan siswa dalam
pembelajaran mencapai 80 %, dan hasil belajar siswa dikatakan berhasil dalam
perbaikan jika mencapai 80 % dari jumlah siswa mampu mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 66.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Akhyak.
(2005). Profil Pendidik Sukses.
Surabaya : ELKAF.
-
Alwi Hasan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Tiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
-
Arifin Zainal. (2012).
Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
-
Dimyati &
Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
-
Djamarah.
(2002). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
-
Majid Abdul,(
2009 ).
Perencanaan Pembelajaran. Bandung
: PT Remaja.
-
Moleong
Lexi J. (2006). Metodologi penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
-
Muhibbin Syah. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
-
Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip
dan Tehnik Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
-
Roestiyah, N.K. (2012). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Rosda
Karya.
-
Rusmono.
(2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: Untuk
Meningkatkan Profesionalisme Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.
-
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
-
Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta
: PT Raja Grafindo
Persada.
-
Sardiman.
(2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
-
SISDIKNAS. (2010). Undang-undang. Bandung : fokusmedia.
-
Sudjana Nana.
(2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
-
Suharsimi Arikunto. (1999).
Dasar – dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
-
Suharsimi
Arikunto, Dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
-
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta:
Rineka Cipta.
-
Tim Prima Pena, (2004). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Gita Media Press.
Jika butuh file komplit dari bab 1- V kalian bisa Donwload disini gratis
No comments:
Post a Comment