Wednesday, April 19, 2017

Tafsir Surat Al Ahqaaf Ayat 15-18


A.    Gambaran Umum Surat Al Ahqaaf ayat 15 - 18
1.      Gambaran umum surat Al Ahqaaf
Surat Al Ahqaf terdiri atas 35 ayat, dan termasuk golongan surat makkiyah, di turunkan sesudah surat Al Jatsiyah.
Dinamai “Al Ahqaaf” ( bukit-bukit pasir ) dari perkataan Al Ahqaaf  yang terdapat pada ayat 21 pada surat ini.
Dalam ayat tersebut dan ayat-ayat sesudahnya di terangkan bahwa Nabi Hud a.s. telah menyampaaikan risalahnya kepada kaumnya di Al Ahqaaf  yang sekarang di kenal dengan Ar Rub Ul Khaali, tetapi kaumnya tetapi ingkar sekalipun mereka telah di beri peringatan pula oleh Rosul-Rosul sebelumnya. Akhirnya Allah menghancurkan mereka dengan tiupan angin kencang. Hal ini adlah sebagai isyarat dari Allah kepada kaum musyrikin Quraisy bahwa mereka akan di hancurkan apabila mereka tidak mengindahkan seruan Rasul. Pokok-pokok isinya antara lain:
a.       Keimanan
Dali-dalil dan bukti keesaan Allah  dan bahwa penyembah penyembah-penyembah berhala adalah sesat; orang-orang mukmin akan mendapat kebahagiaan dan orang-orang kafir akan mendapat adzab; risalah Nabi Muhamad s.a.w. tidak hanya terbatas kepada umat manusia saja, tetapi juga kepada Jin.
b.      Hukum-hukum
Perintah kepada Manusia supaya patuh kepada Orang yua ( Bapak-Ibu ) dan mengerjakan apa yang di ridhoi Allah terhadapnya dan larangan menyakiti hatinya.
c.       Kisah-kisah
Kisah Nabi Hud a.s. dan kaumnya.
d.      Dan lain-lain
Yaitu tentang Orang-orang yang mementingkan kenikmatan hidup duniawi saja akan merugi kelak di akhirat; orang-orang yang beriman kepada Allah dan beristiqomah dalam kehidupanya tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak bersedih hati.[1]
B.     Gambaran umum surat Al ahqaaf ayat 15- 17
Pada ayat ke 15 ini menjelaskan tentang perintah berbuat baik dan berbakti terhadap kedua orang tua siapa dan apapun agama kepercayaan atau sikap dan kelakuan orang tunya. Karena ketika sang ibu mengandung mengalami kedaan yang susah payah dengan aneka gangguan baik fisik mupun psikisnya.
Ayat ke 16 menyatakan bahwa taubat dan penyerahan diri kepada Allah secara sempurna sehingga seseorang tidak menghendaki kecuali apa yang dikehendaki-Nya, mengantar yang bersangkutan memperoleh ilham dan dan kekuatan untuk melaksnakan tuntutan illahi dan menjadikannya terpilih dalam kelompok orang-orang pilihan Allah yang mengikhlaskan diri kepada-Nya.[2]
Ayat ke 17 menjelaskan orang yang berkata kepada ibu bapaknya sewaktu mereka mengajaknya beriman: cis (kata bernada sinis dan melecehkan).[3]
  1. Ayat dan arti surat Al ahqaaf
  1. Ayat ke 15 berbunyi:
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ
وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ
صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
      Artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".
  1. Ayat  16 berbunyi:
أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ
الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
Artinya:
Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.
  1. Ayat ke 17 berbunyi:
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ
Artinya :
Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu belaka".
  1. Ayat 18 berbunyi :
أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ
Artinya :
Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.[4]
  1. Asbabul nuzul
1.      Asbabul nuzul ayat ke 15 dan 16
Ulama berpendapat bahwa ayat di atas ( 15-16) turun menyangkut Sayyidina Abu Bakar r.a saat usia beliau mencapai 40 tahun. Beliau telah bersahabat dengan Nabi SAW, sejak berumur 18 tahun dan Nabi ketika itu berumur 20 tahun. Mereka sering kali berpergian bersama antara lain dalam perjalanan dagang ke Syam. Beliau memeluk Islam pada usia 38 tahun dikala Nabi baru beberapa saat mendapat wahyu pertama, dan dua tahun setelah itu Abu Bakar r.a berdo’a dengan kandungan ayat di atas. Sayyidina Abu Bakar memperoleh kehormatan dengan keIslaman ibu bapak dan anak-anaknya. Menurut al-Quthubi tidak seorang sahabat Nabipun yang ayah, ibu, anak-anak lelaki dan perempuan memeluk Islam kecuali Abu Bakar r.a.[5]
2.      Asbabun nuzul ayat ke 17
Yusuf bin Mahara ra. Menuturkan , bahwa Marwan ra. Menjelaskan ayat ini di turunkan berkenaan dengan ‘Abdurahman bin Abu bakar. Ia mengatakan “Uffin” kepada orang tuanya, saat kedua orangtuanya menyuruh memeluk islam.[6]
  1. Kajian kitab tafsir
1.      Ayat 15
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ( Bapak dan Ibu ).
Yakni kami perintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya dan dan mengasihi keduanya.
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا
Ibunya mengandung dengan susah payah
Yaitu mengalami kesengsaraan karena mengandungnya dan kesusahan serta kepayahan yang biasa di alami oleh wanita yang sedang hamil.
وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا
Dan melahirkan dengan susah payah pula.
Yakni dengan penderitaan pula saat melahirkan bayinya lagi sangat susah dan masyaqat.
وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً
Mengandungnya sampai menyapihnya  tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa. Dan umurnya sampai empat puluh tahun.
Bahwa orang tua mengandung yang paling pendek adalah enam bulan. Dan menyusui sampai paling sedikit dua puluh satu bulan.
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Berilah kebaikan kepadaku dengan ( memberi kebaikan ) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Ini mengandung petunjuk bagi orang yang usianya telah mencapai empat puluh tahun agar memperbaruhi tobat dan kembali ke jalan Allah serta tetap teguh pada jalan-Nya.[7]
Intinya pada ayat ini menjelaskan tentang perintah berbuat baik dan berbakti terhadap kedua orang tua siapa dan apapun agama kepercayaan atau sikap dan kelakuan orang tunya. Karena ketika sang ibu mengandung mengalami kedaan yang susah payah dengan aneka gangguan baik fisik maupun psikisnya. Selain itu, ayat di atas tidak mensifati kata insan/manusia dengan satu sifat pun, demikian juga al-walidain/kedua orang tua. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kemanusiaan manusia mengharuskannya berbakti kepada orang tua dan bahwa bakti tersebut harus tertuju kepada orang tua betapapun keadaaan mereka. Itu sebabnya Al-Qur’an mewasiatkan untuk berbuat kepada keduanya paling tidak dalam kehidupan dunia ini walaupun mereka kafir. Ayat di atas juga menunjukkan betapa pentingnya ibu kandung memberi perhatian yang cukup kepada anak-anaknya, khususnya pada masa pertumbuhan dan perkembangan jiwanya.[8]
2.      Ayat 16
أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
Artinya:
Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
Maksudnya adalah mereka orang-orang yang menyandang predikat sebagai orang orang yang bertobat dan kembali kepada Allah, dan menanggulangi ap yang telah mereka lewatkan dengan bertobat dan memohon ampun , merekalah orang-orang yang  di terima amal baiknya dan  di terima amalnya walaupun sedikit oleh Allah. Dan allah melanjutkan ayat tersebut yang berbentuk janji:
وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
Artinya:
Allah berjanji kepada mereka dengan janji yang benar yang tidak perlu dengan tidak oerlu diraguakan lagi, Dia pasti menunaikannya.[9]
            Penjelasan di atas berbeda dengan sumber lain yang menafsirkan ayat tersebut dnegan argumen
bahwa taubat dan penyerahan diri kepada Allah secara sempurna sehingga seseorang tidak menghendaki kecuali apa yang dikehendaki-Nya, mengantar yang bersangkutan memperoleh ilham dan dan kekuatan untuk melaksnakan tuntutan illahi dan menjadikannya terpilih dalam kelompok orang-orang pilihan Allah yang mengikhlaskan diri kepada-Nya. Sedangkan Ibn Asyur menilai bahwa ayat-ayat di atas bersifat umum, mencakup semua muslim, semua wajar dipesan tentang kewajiban berbakti kepada kedua orang tua dan mendoakan mereka selama mereka orang-orang beriman. [10]
Dalam sumber yang lain dari Ayat 15 di surat Al-Ahqaf itu bahwasanya Allah memerintahkan manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua dengan kebaikan apa saja yang tidak terikat oleh persyaratan tertentu. Pesan ini dating dari pencipta manusia, dan mungkin pesan ini hanya diberikan kepada jenis manusia.
Redaksi kalimat dan untaian kata-kata pada ayat itu mempersoonifikasikan penderitaan, perjuangan, keletihan dan kepenatan. “ Ibu yang mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. “Dia bagaikan orang sakit yang berjuang dengan dirundung kemalangan, memikul beban berat, bernafas dengan susah payah, dan tersengal-sengal. Itulah gambaran saat dia mengandung, terutama menjelang kelahiran anak. Itulah gambar perslinaan, kelahiran, dan aneka kepedihan.
Adapun sikap Tuhan kepada hamba demikian, maka dijelaskan dalam surat Al-Ahqaf  ayat 16, dimana balasan itu memperhitungkan amal yang paling baik. Aneka keburukan itu diampuni dan dimaafkan. Mereka kembali kesurga bersama para penghuninya yang utama. Itulah pemenuhan janji suci yang dijanjikan kepada mereka didunia. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Itulah balasan yang melimpah, banyak dan besar.[11]
  Pada ayat-ayat yang di atas diterangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah, lalu istikomah dalam beriman dan melaksanakan ibadah, akan memperoleh kebahagian surga di akherat dan kekal didalamnya sebagi balasan atas amal mereka di dunia. Pada ayat-ayat ini diterangkan perntah Allah kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu bapaknya yang telah membesarkan dan memelihara dengan susah payah.Seoarng anak yang baik dan soleh adalah disamping ia beribadah kepada Allah, juga selalu berbakti kepada ibu bapaknya dan berdo;a kepada Allah agar keduanya selalu mendapat rahmat dan karunianya. Anak yang demikian termasuk penghuni surga.[12]
3.      Tafsir ayat ke 17
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ
Artinya :
Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu belaka".
Ayat 17 ini menjelaskan orang yang berkata kepada ibu bapaknya sewaktu mereka mengajaknya beriman: cis (kata bernada sinis dan melecehkan), aku tidak senang kepadamu, apakah aku mengatakan bahwa aku ini akan dibangkitkan dari kuburku dalam keadaan hidup untuk dihisab, padahal banyak umat yang berlalu sebelumku ribuan tahun yang lalu, dan belum seorang pun kita lihat dibangkitkan kembali. Orang-orang yang mengeluarkan kata-kata (ucapan) bahwa kebenaran adalah dongengan orang-orang masa lalu merupakan orang yang akan ditetapkan akan dimasukan kedalam neraka jahanam bersama umat yang telah lalu, yaitu: dari jin dan manusia.[13]
Selain itu kata وَيْلَكَ“  biasa diterjemahkan dengan celakalah engkau,penggunaan kata itu oleh ibu bapak yang secara naluriah sangat sayang kepada anak mereka, hal tersebut menggambarkan tentang kasih sayang dan penyesalan atas sikapnya yang keliru, bukannya doa supaya sang anak celaka. Penggunaannya di sini bertujuan menggambarkan betapa kesal mereka dan bahwa tidak ada yang dapat dihadapi oleh sang anak kecuali kerugian dan kecelakaan yang sangat besar jika mereka terus-menerus dalam kedurhakaannya.[14]






[1] Al Qur’an dan Terjemahan (Madinah Al Munawarah: Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy Syarif, 142H), hlm.
[2]  M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah Volume 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2010), hlm. 87-91.
[3] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-nur Jilid V, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2000),hlm.3830.
[4] Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an perkata (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2010), hlm.504.
[5]  Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhalali qur’an, jilid 10 (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm.320.
[6] Ahmad Hatta, op. cit., 504.
[7] Ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir juz 26, Cet. Ke II (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), hlm. 23-29.
[8]  M. Quraish Shihab, Loc.cit, hlm 87
[9] Ibnu katsir, op. cit., hlm. 30.
[10] M. Quraish Shihab, Loc.cit, hlm. 88.
[11] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhalali qur’an, jilid 10 (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 320-321.
[12] Depag RI, Al-Qur’an Bayan, (Depok : Al-Qur’an Terkemuka 2009), hlm. 504.
[13] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-nur Jilid V, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 3830-3831.
[14]  M. Quraish shihab, op. cit.,  hlm. 94.

2 comments:

Featured Post

Kepercayaan orang Jawa sebelum Islam